marvinwoods.net – Teheran, ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran kembali meningkat setelah serangan udara AS yang menewaskan beberapa tokoh penting milisi yang berafiliasi dengan Iran di Suriah dan Irak. Pemerintah AS mengklaim serangan tersebut sebagai bentuk balasan atas serangan terhadap pasukannya di kawasan Timur Tengah. Namun, warga Iran melihat tindakan itu sebagai pelanggaran kedaulatan dan penghinaan terhadap martabat nasional mereka.
Warga Iran Kecam Donald Trump
Di berbagai sudut kota Teheran, warga Iran mengecam keras tindakan Amerika Serikat. Mereka mengarahkan kemarahan mereka kepada mantan Presiden AS Donald Trump, yang dianggap sebagai simbol imperialisme dan penghancur perdamaian kawasan. Seorang warga bernama Mohammad Reza menyatakan, “Tidak ada yang lebih kotor dari Trump. Dia membunuh jenderal kami dan sekarang warisannya terus memicu kekacauan.”
Tuntutan Aksi Balasan Menguat
Sejumlah warga menyerukan pemerintah Iran untuk segera merespons dengan tindakan tegas. Mereka menilai pembalasan yang keras dapat menunjukkan kekuatan dan menjaga harga diri bangsa. “Kalau kita diam, mereka akan terus menyerang. Kita harus bertindak,” ujar Zahra, seorang mahasiswa di Universitas Teheran. Tekanan publik ini meningkat menjelang peringatan kematian Jenderal Qasem Soleimani yang terbunuh oleh drone AS pada 2020.
Pemerintah Iran Evaluasi Opsi Strategis
Pemerintah Iran melalui Kementerian Luar Negeri menyatakan sedang mengevaluasi semua opsi strategis untuk menanggapi tindakan provokatif Amerika Serikat. Juru bicara kementerian, Nasser Kanaani, menegaskan bahwa Iran tidak akan tinggal diam menghadapi agresi. “Kami memiliki hak membela diri dan akan menggunakan semua cara yang sah menurut hukum internasional,” tegasnya dalam konferensi pers.
Media Iran Soroti Motif Politik AS
Media-media lokal menyoroti motif politik di balik serangan tersebut. Mereka menuding pemerintah AS menggunakan kekerasan untuk menutupi kegagalan kebijakan luar negeri dan memperkuat citra kekuatan militer di mata publik domestik. Editorial surat kabar Kayhan menyebut serangan itu sebagai bentuk “arogansi buta” dan mencatat bahwa AS tidak belajar dari kegagalan mereka di Afghanistan dan Irak.
Seruan Internasional untuk Menahan Diri
Meskipun tekanan dari dalam negeri meningkat, beberapa suara dari masyarakat sipil dan lembaga internasional menyerukan agar Iran tetap menahan diri. Mereka memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut bisa memicu konflik besar di kawasan. Namun, warga yang marah menilai seruan itu sebagai bentuk ketidakpedulian terhadap penderitaan rakyat Iran.
Penutup: Krisis yang Masih Menggelora
Situasi di kawasan masih jauh dari kata tenang. Banyak warga Iran merasa bahwa kedaulatan depo 10k negara mereka kembali diinjak-injak. Dalam suasana berkabung dan kemarahan, mereka menuntut balasan yang setimpal. Dalam kata-kata seorang pedagang di Bazar Teheran: “Kalau tidak sekarang, kapan lagi kita tunjukkan bahwa Iran tidak akan tunduk?”